Jumat, 16 April 2010

Cinta dalam Sebuah Harapan





Kicau burung, udara sejuk dan sinar matahari pagi yang belum menyengat itu menemani sekelompok remaja yang asik mengerjakan sesuatu. Di gasebo sekolah dengan suasana senyaman itu membuat rasa santai dalam mengerjakan pekerjaan dan tidak memnuat rasa jenuh karena selalu diselingi senda gurau oleh salah satu anak di antara mereka.
“Eits,,Steve! Buang tu rokok! Masih pagi juga. Polusi tauk” kata Felix.
“iya,iya,,enak di Loe Cuma ngomong, kita yang mikir neh” jawabnya seraya membuang puntung rokok yang baru saja ia buang.
“Hehehe,,aku kan maskot kalian” jawabnya enteng.
“Duwh,,kalian ini pagi-pagi udah pada ngoceh…Yank, ambilin mimik” kata Venus.
“Iya, Yank… Jangan gubris mereka udah mau selese neh tugas kita… Nih di minum gih” kata Ello menyodorkan sekotak jus orange.
“Dasar dua sejoli ini pacaran mulu. Mentang-mentang otaknya pada encer semua” cerutu Felix.
“Hey,,anak kecil! Diem aja… Laper Loe?” celutuk Felix singkat.
“Iya, aku laper! And lagi males adu mulut ma kamu!” jawabku singkat.
“Lho,,Ra’, kamu belum maem? Ke kantin a?” kata Steve.
“Neh,,,” kata Felix memberiku sandwich dari tasnya. Sejenak aku kaget dibuatnya, seorang Felix yang tak pernah seperhatiannya ke seseorang, tetapi ia malah menunjukkan sesuatu yang menurutku manis.
“Aku nggak mau ntar waktu aku jadi pembawa acara trus bilang ‘Inilah Aurora Ceria sang ketua acara’ kena busung lapar” tambahnya membuatku merubah pikiran kalau sesoang Felix bukanlah seorang cowok yang bisa perhatian pada satu orang.
Acara yang dihelat dengan akbar memang spektakuler. Acar berjalan dengan lancer apalagi dipandu oleh Felix. Setiap acra yang dipegangnya pasti akan berlangsung dengan seru. Semuanya sukses menghelat acara untuk yang ketiga kalinya. Saat acar selesai dan evaluasi berakhir, aku melihat mereka tertawa lepas , senang, dan bangga. Felix pun menghampriku dan mengajakku ke taman yang lumayan tenang.
“Gilaa! Acara kita sukses lagi, tau nggak ini gara-gara sapa?” tanyanya.
“Kamu kan, iya aku percaya semua hepi karena kamu” jawabku.
“Dasar anak kecil baru 16 tahun masih nggak ngerti, ketuanya kan kamu, jadi sukses juga gara-gara kamu Ra” jawabnya.
“Tapikan yang bawain acara ini kan kamu, mentang-mentang udah gede ngatain aku masih kecil, dasar !” kataku sedikit kesal.
“Tahu nggak arti dari Aurora Ceria? Itu artinya sinar pagi yang membuat semua orang akan ceria akan kehadiranmu, arti namaku kan kucing, nggak bisa nggapai kamu dan pengen beud kamu tahu aku, makanya aku kayak gini” terangnya. Hah? Aku terkejut dan sedikit bingung dengan yang ia bicarakan itu.
“Aku nggak mau kamu pergi kalo gitu, Aurora nggak isa ceria kalo nggak ada Felix” kataku kepadanya, karena aku fikir dia adalah sumber keceriaanku.
“Aku nggak akan pergi dari kamu kok. Benernya tanpa aku pun kamu bisa ceria dan buat yang lain seneng, tapi kalo aku nggak ada ya ng lain gimana ya? Hahaha” jelasnya dengan gaya narsis itu.
“Dich,,dasar narsismu kumat udah stadium 2!” jawabku tertawa.
“Iya udah, ayo balik,, ntar dicariin anak-anka” ajaknya dan kembali berkumpul lagi bersam Ello, Venus dan Steve. Felix pun mulai melakukan keusilannya dan memberi komentar yang aneh seperti biasanya.
Perasaanku mulai kacau. Aku berfikir keras akan perasaan yang Felix katakan. Aku tak mengerti akan perasaanku sendiri. Dan kini aku mulai perhatian padanya, begitu juga sebaliknya. Setiap waktu ku pandangi foto kami berlima, sangat menyenangkan. Felix tetap saja selalu mengejekku dengan sebutan ‘anak kecil’, tapi kali ini aku akan tertawa senang karena dua minggu lagi aku akan menginjak kedewasaan. 17 tahun.
“Duwh,,yang mau ultah” kata Venus.
“Ceilah,,mau ngadain apa neh?” kata Ello.
“makan-makan yuk?!” kata Steve.
“kalian ini, masi lama tauk” kataku.
“kayaknya, bakal ada yang nggak isa manggil Aurora ‘anak kecil’ lagi neh” sindir Steve membuat Felix rada’ nyengir.
“masi dua minggu lagi kan?” kata Felix mantap. Hari demi hari pun berlalu, tak terasa sekarang kurang satu minggu lagi aku akan mengadakan pesta sweet seventeen di rumah. Khusus untuk mereka aku akan mengadakan acara sendiri.
“Ra’,,kamu cepet ke Medical Center. Felix kecelakaan!” kata Steve. Hatiku kaget bukan main, bingung dan langsung pergi menuju ke rumah sakit. Saat aku sampai, aku langsung jatuh di dekat Steve. Ku lihat Ello dan Venus bersedih. Steve membopongku untuk melihat Felix yang kini diam, terbujur kaku dengan senyum yang tenang. Entah kenapa hatiku hancur, aku sedih dan semuanya menjadi berantakan dalam sekejap. Aku belum tahu pasti perasaan Felix padaku tapi kini aku sudah merasa kehilangan.
“Semua acar kita batalin” kata Venus.
“bener, nggak ada Felix nggak mungkin sukses” tambah Ello.
“Apa salahnya sich dicoba dulu tanpa Felix” sanggah Steve.
“Iyaudah nggak papa, kita vakum aja dulu” kataku, walaupun dalam hatiku sebenarnya kesal karena teringat kata-kata Felix dulu. Napa mereka musti putus asa tanpa Felix? Aku sendiri juga kesal dengan Felix karena ia mengingkari janjinya denganku. Aku mengurung diriku sendiri di kamar. Aku tak ingin melihat acara pemakamannya, membuatku semakin kacau. Di satu sisi aku merasa kehilangan karena tak akan ada lagi yang mengisi hari-hariku, di sisi lain aku juga kesal dengan semuanya. Kenapa di saat aku akn ulang tahun? 2 hari aku di kamar, nggak makan dan minum, hanya menangis. Sampai Ello, Venus, dan Steve membujukku untuk makan dan seperti biasanya. Sesuatu hal yang sangat susah.
“Ayo lah Ra’,,jangan kayak gini” kata Steve.
“Percuma aku idup kalo semua mikirin Felix, Felix, Felix mulu! Aku juga kehilangan tapi nggak kayak gitu caranya! Aku sebel ma semuanya!”
“Iya oke, kita lupain Felix. 5 hari lagi kamu ultah kan” bujuk Venus.
Acaraku berlangsung sederhana dan singkat, tidak sesuai rencana yang kemarin karena acara ulang tahunku bertepatan dengan 7 hari kematian Felix. Aku pun baru mau mengunjungi makam Felix. Tanah yang masih merah, bunga-bunga yang sebagian mulai layu, ku taburkan kembali bunga-bunga untuknya agar ia terlihat segar. Dan untuk kesekian kalinya aku menangis karena Felix. Steve mengantarkanku pulang dan memberiku sebuah cup cake coklat yang ada lilin kecilnya berwarna merah. Steve berharap agar aku tak bersedih di hari ulang tahunku.
“Neh,,ntar pas tengah malem minta sebuah permohonan biar kamu nggak sedih lagi” kata Steve.
“Aku ingin semua orang yang kenal Felix, lupa akan kehadirannya, dan semua kembali ceria seperti dulu tanpa Felix, jika aku rindu padanya berikan aku sesuatu yang dapat menenangkanku” ucapku saat tengah malam dan meniup lilin cup cake itu. Keesokan harinya, kicau burung kembali membangunkanku, sangat merdu. Saat aku bercermin aku sangat terkejut mendapati foto kami berlima berubah, Felix nggak ada! Hanya aku, Steve, Ello dan Venus. Mungkinkah doaku terkabul? Semua kini tak ada yang tahu akan keadiran Felix, kini aku mulai merasa bersalah. Aku membuka lembaran baru, dan aku yakini Felix pasti mengerti akan keadaanku.
2 bulan berlalu, Steve menyatakan perasaannya padaku. Aku menerimanya karena aku tak ingin larut dengan kesedihanku. Kemudian ada sebuah paket untukku. Dari Felix! Langsung saja paket itu aku buka dan isinya adalah sebuah kaset video.
“Hepi b’day Rara, Hepi b’day Rara’, Hepi b’day, Hepi b’day, Hepi b’day Aurora…. Met ultah yang ke-17 ya Ra’… Moga semua yang kamu ingin kesampaian semua, nih cup cake yang aku buat sendiri lho… Aku titipin ke Steve biar sureprise. Walaupun aku nggak ada, aku harap kamu, Steve, Ello, dan Venus tetap ceria, aku yakin pasti bisa… Satu yang musti kamu inget Ra’,,aku nggak akan ninggalin kamu, dan satu hal yang musti kamu tahu,,aku sayang kamu, aku akan selalu ngasih yang terbaik buat kamu, dan ini anak kucing tolong kamu pelihara baik-baik ya? Beri dia namaku” ucap Felix sambil memperlihatkan cup cake yang aku pakai untuk meminta sebuah permohonan, dan menunjukkan kucing kecil warna putih yang sangat lucu. Dalam rekaman itu, Felix tampak sangat tampan, ia tenang sekali, tak seperti Felix yang aku kenal, dia memakai kemeja putih, semua dominant putih dan terkesan begitu tenang. Ia sangat indah, apalagi saat ia memainkan gitar dan bernyanyi untukku. Saat aku melihat Steve, ia sedikit bingung.
“Kamu tahu Felix?” tanyaku.
“Entahlah, aku nggak kenal cowok itu Yank, tapi aku ngerasa pernah dekat dengannya dan rasanya sangat familiar sekali” kata Steve.
“Iya, dia sahabat kita yang terlupakan Yank. Dan kenangan yang ada hanya video ini dan kucing yang kita pelihara bareng ini” kataku sambil mengelus Felix, ia sangat manja. Akan aku simpan semua kenangan tetang Felix dengan baik-baik, aku tahu ia ingin dikenang. Selesai aku memutar video untuk yang kedua kalinya, aku melihat di sebelahku, tersenyum padaku ia tak akan pergi meninggalkanku sambil memegang tanganku. Aku pun membalas dengan senyumnya. Cowok yang akan selalu menyayangi dan ku sayangi, seperti perkataanya dalam rekaman itu. Aku sayang dia. Aurora sayang Felix.



-------------------------THE END----------------------------

Kesalahan Terindah




Ini kisah aku dan sahabat kecilku, lebih tepatnya kakakku. Aku adalah cewek yang bisa dikatakan kuper di daerah rumahku. Kenapa? Karena di usia yang sudah genap 16tahun ini, aku belum bisa bergaul dan mengenal semua orang yang ada di daerah rumahku. [kuperku di mulai dari SMP sampai SMA]
Ngomong-ngomong soal sahabat kecilku, seingatk di setahun di atasku. Dan bodohnya lagi dia itu tetangga yang ada di depan rumahku. Berawal aku belajar cuci motor, aku melihat seorang cowok yang ada di depan rumahku, dan ia juga mau mencuci motornya. Setelah dia selesai mencuci motor ia menghampiriku dan tertawa geli melihat tingkahku yang mungkin dia anggap aneh. [iya sich,,bis bukannya cuci motor malah baca instruksi caranya nyuci motor trus]
“Kalo nggak bisa, nggak usah nyuci, perlu bantuan?” tanyanya.
“Bisa yo… kan ini lagi belajar” kataku . [amit-amit aku dikatain]
“Vinta,,Vinta,,dari dulu nggak pernah berubah, sini” katanya sambil mengambil semua peralatan cuci motorku dan mulai mencucinya.
“Kamu tahu namaku? Dari sapa?” tanyaku penasaran.
“Dich,,dasar… tetangga ndiri dilupain, aku Reno, inget?”
“Reno sapa ya? Lupa…hehehe,, skoLa dimana?” tanyaku semakin penasaran.
“aku udah kuliah kali,,mahasiswa baru, neh udah selese. Kalo perlu bantuan ke rumahku aja” katanya sambil pergi masuk ke rumah. Aku tidak habis fikir kalau dia ternyata di atasku. [saking kupernya mpek temen ndiri lupa]. Sepintas aku tidak terlalu ambil pusing akan kejadian itu, tapi gara-gara hal ini, aku jadi sering berpapasan dengannya. [dan terpaksa aku menyapanya dengan sebutan “kakak”… huft]
Saat akan pertengahan September, dia datang ke rumahku, di sambut keluargaku dengan baik sekali. Aku hanya mengernyingkan muka dalam hati. [kalo ketauan berabeh]. Ternyata kak Reno mau mengajakku main keluar. Iya boleh lah, jalan-jalan gratis, refreshing. [kesempatan ma anak kuliahan,,hehehe]. Kami keluar sesuai keinginannya, melewati stasiun kota, stadion dan sampai di tempat makan khas chinesse “Saboten”. [Humm,,yummy]
“Kak,,ngapain ajak aku makan di sini? Kan mahal” kataku memastikan.
“Iya nggak papa,,pengen ajja,,hehehe” jawabnya sambil tertawa, aku pun tak terlalu memikirkannya, aku makan dengan lahap dan saat aku membaca sms dari mamaku, aku tersedak karena kaget. [ya iya lah, kak Reno ultah tapi aku nggak ngado, mana cuma bawa uang sedikit lagi,hadah]
“kakak hari ini ultah kok nggak cerita? Aku kan nggak siapin apa-apa” kataku sedikit kesal padanya.
“aku kira kamu udah tahu, hehehe. Iya udah ayo” katanya mengajakku.
“kemana?” tanyaku bingung.
“katanya mau kasih kado” jawabnya singkat kemudian dari ucapannya aku baru tahusetelah sampai di kedai kebab turki. [ternyata kapasitas perut cowok lumayan besar dari dugaanku]. Aku membelikannya kebab yang serba extra. Extra besar dan extra pedas. [hukuman dank ado yang asik,,hehehehe]. Mulanya aku takut akrab denang kak Reno. [alasanya mudah, dia udah punya pacar, tapi ia pingin punya adek, trus nemu aku deh,,hahahaha]. Tiap malam, kalau ada waktu kita selalu ngobrol bareng kalau nggak iya main cari udara segar. Aku dan kak Reno jadi amplop dan perangko, sampai-sampai ada yang mengira kami jadian, padahal kami ini musuh bebuyutan. [biz aku dikatain pendek mulu,,huft]. Ada juga yang bilang kedekatanku ini karena kak Reno mengajariku semua pelajaran. [padahal aku yang selalu ngajarin, aku ndiri binun sebener e sapa yang kuliah,,,hehehehe].
Mingu pagi yang cerah, saatnya aku menuci motor dan aku lihat di dep rumah kak Reno banyak sekali motor berjajar. Sepertinya teman-temannya lagi berkumpul. Aku sendiri jadi tak enak meminta bantuan. Akhirnya seperti yang dulu-dulu terjadi, selama 2 jam aku jongkok membaca cara mencuci motor. [kebodoha yang tamat sangat]. Aku berharap kak Reo datang mebantu, api aku tahu kalau dia sedang bersama temannya.
“Aku udah bilang kalau nggak bisa, minta tolong aku kan bisa, kata kak Reno sambil memulai mencuci motorku, sepertinya dia sedikit kesal.
“Darimana kakak tahu aku mau nyuci motor?kakak kan lagi ngumpul ma temen-temennya kakak, aku kan nggak enak, maaf”, entah kenpa aku jadi ngerasa bersalah. Kak Reno hanya diam dan menyelesaikan bantuannya, kemudian membereskannya dan kembali ke dalam rumahnya. Ia berlalu begitu saja, jadi sedih.
Aku masuk ke dalam rumah, melihat handphoneku sep, aku matikan saja sekalian. Aku baca majalah yang baru saja aku beli dan rasanya aku menjadi mulai malas. Sorepun datang, aku pun segera andi dan ingin melihat warna merah langit senja. Sepertinya cuaca akan cerah. Akhirnya terbersit di benakku ingin membeli bakso. Pas banget uda di depan rumah langung saja aku pesan semangkuk bakso dan ku makan di teras rumah.[mangkok pinjaman sih hehehe].
Aku lihat di depan rumah kak Reno, teman-temannya bergurau, bercanda dan ada yang bermain gitar. Tak terlihat batang hidung kak Reno. Aku sedih, tapi kupikir lagi apa boleh buat, sehingga segera bangkitlh aku untuk masuk ke dalam rumah. Kudengar kak Reno memanggil . ku berbalik arah dan kudpati kak Reno bersama seorang temannya. Ia mengenalkannya kepdaku. Kak Rama namanya. Kak Reno cerita kalau dia tertarik kepadaku, Ia juga berpesan untuk menjadi pengganti kak Reno kalau aku lagi kesusahan. Senang rasanya punya dua kakak. Tapi kesenanganku berubah menjadi bencana ketika kak Rama menyatakan perasaannya kepadaku, aku pikir aku bakal jadian. Ternyata aku digntungin. [HTS.an gitu…malez banget…sakit…]. Aku tidak kuat dengan keadaan yang seperti ini. [Bayangin 2 bulan].
Malamnya aku beranikan diri datang ke rumah kak Reno. Ketika kuketuk pintu rumahnya. Tak ada jawaban. Setahuku orag tua kak Reno memang keluar kota, tapi kak Reno tidak mungkin ikut, kendaraannya saja ada. Aku sms dan telepon juga tidak ada jawaban. Aku menunggu di depan rumahnya, sendirian. Aku duduk di dekat pintu sambil menangis. Tak lama kemudian ada yang memelukku dari belakang, menenangkanku.
“Haduwh, lama ia?aku ketiduran” kata kak Reno sambil mengelus rambutku. [suka deh……….hehehe].
“Katanya kalo aku perlu bantuan ke rumah kakak”, kataku pelan.
“Maaf,,maaf,,cup..cup..cu..”, katanya khawatir melihatku menangis.
“Ada apa kamu nangis?” tambahnya.
Aku ceritakan semuanya dan menangis sejadi-jadinya di depannya.
“Maaf ya dek .. kakak udah ngenali dia, udah gag usah nangisin cowok kayak dia, mending liad tu lampu tuh ada kebakaran”, katanya membuatku tertawa terbahak-bahak. Semuanya menjadi kembali ke awal. Hanya aku dan kak Reno. Kak Rama hanyalah seorang teman. Hanya kak Reno satu-satunya.



-----------------------------THE END------------------------------------

I Love You, But . . . . .




Di seberang sekolah, ada sebuah warung tempat biasa anak-anak sekolah berkumpul di sana. Tapi, pagi ini, sederet cowok anak SMA Ciputra sudah bercanda ria sambil minum kopi buatan mbok Jah. Nampak sekali mereka sedang malas untuk sekolah karena hari ini hanya full class meeting.
“Besok maen yuk? Makin males ae lama-lama di sekolah nganggur” kata salah satu anak di warung itu.
“Ayo ae, tempat biasa kita ngumpul, ntar mau begadang apa mbolang?” tanya tanya salah satu temannya yang gemar memainkan sepuntung rokok.
“Begadang? Emangnya kita mao ronda apa? Hahahaha” canda yang lainnya.
“Aku serius ini” jawabnya lagi.
“Gampang wes, ntar ae” kata anak yang mengusulkan rencana main tadi.
Tiba-tiba dari kejauhan muncul sesosok cewek memandang kearah mereka berkumpul di warung tadi, seraya mencari-cari seseorang di antara mereka, kemudian berteriak “Alfi! Ke sini!” serunya sambil melambaikan tangannya agar orang yang ia panggil datang kepadanya. Anak yang memainkan puntung rokok tadi menepuk punggung teman sebelahnya agar temannya itu segera menghampiri cewek itu.
“Mampus!!! Bakal bokek neh aku” jawab Alfi.
“Napa? Kalah taruhan lagi ma Nina?” tanya Lukman sambil tetap memainkan rokok yang sedari tadi ada di tangannya.
“Hhahahaha,,iyo” jawabnya polos.
“Payah! Masak ma cewek ae kalah. Udah cepet ke sana” celutuk Rizal.
“Iye,,iyee” balasnya sambil bangkit dari tempat duduknya, melangkah gontai menuju kearah cewek yang sudah menunggunya.
“Mana?” tanya Nina.
“Apaan?”tanya Alfi balik.
“Hadah,,dasar! Pura-pura lupa lagi. Kamu kan kalah taruhan” jelasnya.
“Oke, oke. Ntar aku traktir kebab” jawab Alfi meredakan emosi Nina.
“Bagus deh. Nggak pedes. Hahahaha” tambahnya.
“Tapi mau taruhan lagi nggak?” tanya ALfi.
“Taruhan apa? Paling kamu yang bakal kalah lagi” jawab Nina sombong.
“Dalam 1 bulan ini aku bakal pacaran ma 5 cewek. Gimana?” ungkapnya.
“What? Yang bener ae? Oke deh. Aku nggak yakin kamu bisa macarin 5 cewek dalam 1 bulan” kata Nina.
“Oke, kita liat nanti”.
Sejak taruhan yang Alfi buat sendiri untuk dirinya itu, ia menjadi gencar untuk mencari cewek. Dia berharap 4 ceweknya nanti hanya sebagai teman sesaat sedang yang terakhir akan menjadi pacarnya. Dalam satu minggu ia baru resmi jadian dengan 1 cewek, KayLa namanya, ia salah satu cewek terpopuler di SMA Ciputra. Seperti yang ia taruhkan, ia putus dengan KayLa esoknya dan tentunya alasan yang tidak jelas yang ia pakai. Minggu selanjutnya, Chika anak basket yang menjadi korban selanjutnya. Dan yang ketiga namanya Mia. Setelah ia menembak Mia, entah ada rasa darimana akhirnya Alfi mulai menyukai Mia yang lemah lembut dan baik hati, ia pintar dan wajahnya manis. Dan ia baru tahu kalau Mia adalah saudara sepupu Nina. Esoknya perilaku Mia membuat Alfi semakin tertarik kepadanya. Yang ia takutkan kini terjadi, ia takut jatuh cinta pada Mia, walaupun ia tahu ia sekarang hanya kagum akan sosok Mia yang feminim. Ia berfikir beda sekali dengan Nina yang sedikit tomboy yang suka menguncir rambutnya.
Saat di rumah Nina, Nina berceramah tak seperti biasanya. Dia ingin sekali membatalkan taruhannya. Karena yang akan menjadi korban selanjutnya adalah saudara sepupunya sendiri. Alfi pun mengerti, tetapi ia tidak ingin kalah lagi dalam taruhan kali ini. Tanpa basa basi lagi, Nina malah keluar dari rumahnya sendiri dan kabur entah kemana. Hal ini membuat Alfi bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia manyadari akan kesalahannya itu. Tapi semuanya sudah terjadi dan memang tinggal menunggu bom waktu yang akan meledak. Memang tinggal tunggu waktu.
Saat di sekolah, Mia mendatangi Alfi. Ia mengatakan kalau Nina tidak pulang ke rumah. Kabar ini tentunya membuat Alfi khawatir dan mencari Nina kemana-mana, sampai ia rela hujan-hujanan demi mencari Nina. Mia pun sedikit merasa aneh, karena Mia sebagai saudaranya saja tak sekhawatir Alfi. Alfi sendiri mulai gelisah, ia membuat seseorang yang selalu mengisi hari-harinya, yang selalu menang jika taruhan dengannya pergi karena kebodohannya.
Senja pun semakin datang dengan cepat. Saat di Krida, Alfi mendapati Nina sedang duduk diam sendiri. Alfi dan Mia pun segera mendatangi Nina. Tanpa pikir panjang, Alfi langsung memeluk Nina. Nina pun mulai meneteskan air matannya. Mia semakin tak mengerti akan tingkah mereka yang ia lihat. Alfi nampak begitu khawatir dan sangat merasa bersalah membuat Nina menangis.
“Kalian ini apa-apan sich?” tanya Mia membuat Alfi melepas pelukkannya.
“Aku cuma khawatir ae ma Nina” jawab Alfi menutupi kegugupannya.
“Tapi nggak usah segitunya deh” kata Mia sedikit sebal.
“Maafin aku Mia,,aku nggak ada maksud apa-apa ma Alfi” jelas Nina.
“Kalau gitu,jelasin ada apa sebenernya?” pinta Mia.
Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Dan Alfi pun sudah waktunya menjelaskan semuanya kepada Mia.
“Aku memang salah udah jadiin kamu sebagai salah satu bagian dalam taruhanku ma Nina, tapi aku mulai suka kok ma kamu” kata Alfi.
“trus? Nina? Kamu sayang kan ma dia?” tanya Mia dengan nada tinggi.
“Iya,, aku sayang dia” jawab Alfi, jawabannya membuat Nina kaget bukan main.
“Oalah,,gitu ta? Aku juga lagi taruhan ma pacarku kok, aku benernya udah punya pacar anak sekolah lain, jadi kita impas kan? Sekarang kita putus. Oke?” jelas Mia.
“Oke lah. Padahal aku mulai suka ma kamu, Mia. Tapi memang ternyata yang aku cari selama ini tuh Nina” jelasnya. Melihat Nina dan Mia berpelukkan membuat hati Alfi tenang. Mereka bertiga pun tertawa bersama.
“Trus ini gimana neh? Kamu kalah kan?” kata Nina.
“Iya aku kalah lagi” jawab Alfi pasrah.
“Oke kalo gitu bayarannya dobel ma Mia juga,, hahaha” kata Nina.
“Boleh juga tuh” tambah Mia.
“Iya,,iya,,nggak papa aku kalah taruhan trus ma kamu, yang penting kamu nggak ilang lagi, aku bayarin semuanya deh,,tapi……” ucap Alfi berhenti.
“Tapi apa?” tanya Nina.
“Kamu mau nggak aku jadi cowok mu? Aku sayang ma kamu” kata Alfi memegang kedua tangan Nina.
“Ciee,,,terima ajja” kata Mia.
“Mmphh,,gimana ya?” kata Nina sedikit ragu.
“Nggak mau ya?” tebak Alfi.
“Yee,,kata sapa? Belum jawab juga, udah disimpulin ndiri” kata Nina.
“Jadi?” kata Alfi meminta kepastian.
“Iya,,aku mau” jawab Nina.
Alfi pun kegirangan setengah mati mendapati seseorang yang ia sayang menerimanya. Ia pun memeluk Nina tanpa malu-malu lagi. Mia pun hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat saudara sepupunya sendiri malu dipeluk di depan matanya. Mereka pun pulang bersama. Tanpa ada masalah. Karena memang cinta nggak akan kemana-mana. Nggak perlu nyari, nggak perlu taruhan dan nggak perlu menutupi rasa sayang untuk dapetin cinta. Cinta datang karena rasa nyaman dan sayang hingga ingin memilikinya. Dan ketika cinta itu datang walaupun untuk kesekian kalinya. Jangan di sakiti cinta itu, walaupun cinta sudah memaafkan semua kesalahan. Karena jika kamu menyakiti cinta, sama halnya dengan kamu menyakiti perasaanmu sendiri.

Jumat, 05 Maret 2010

Godaan Cupid



Detik- detik menjelang UNAS sudah sangat terasa dalam benakku. Tapi aku masih saja bersantai dan bermain. Aku yang sekarang tak ingin terlalu memikirkan hal yang membuatku pusing dan berujung membuatku sakit waktu UNAS nanti. Seperti minggu-minggu biasanya, aku pergi ke kost-an Restu. Khusus minggu ini aku membawa Chika, teman sekelasku dan Restu.
“mau upload foto anak-anak lagi?” kata Chika.
“he’em,,apa gunanya aku paparazzi di detik-detik UNAS? Anak-anak juga makin menggila, Ahahahai” jawabku sambil mengedit foto anak-anak di kelas.
“Eh,,jaket kelasnya tu jadi gimana e?” tanya Restu.
“aku nggak tau Tu” kata Chika singkat.
“feelingku sich jaketnya sesuai ma voting yang kedua” kataku.
“Ra’,,aku mau ketemuan neh” kata Chika.
“Cie,,cie,,,udah di depan ta? Ayo Tu Liat” kataku.
“Ogah ah,,maLest beud” sambungnya tetapi jawabannya membuatku menarik tangannya untuk ikut serta melihat sosok yang mulai disukai oleh Chika. Setelah melihat mereka ketemuan, aku dan Restu kembali ke kamar.
“ya’apa ma nag mbuncrit itu?” tanya Restu.
“Auk ah,,binun. Hehehe” jawabku singkat sambil smsn dengan seseorang yang ternyata Restu tanyakan.
Sepertinya Cupid kali ini sedang mengerjaiku. Entah darimana asalnya aku jadi mulai penasaran dengan seseorang yang super duper cuek. Chika adalah teman lamanya. Sayang, sekarang dia lagi keluar dengan calon pacarnya. Aku tak ingin menganggu acara mereka. Akhirnya setelah aku selesai mengedit foto anak-anak sekelas. Aku pergi ke warnet dengan Restu, saat aku on Line facebook. Dia juga sedang on Line. Setengah jam aku memproses semua karyaku di facebook, ku lihat dia sudah off Line. Aku pun langsung beranjak pulang, karena telepon dari mamaku sudah terlalu lama berdering tanpa ada jawaban dariku, itulah kekanak-kanakkanku dan hanya beberapa orang saja yang tahu kalau aku terbiasa malas mengangkat telepon dari mamaku.
Sampai di rumah aku kembali berkomunikasi dengannya. Tiap waktu aku selalu smsn dengannya, terkadang dia yang meneleponku. Tanpa ada kabar darinya seharipun aku mulai bingung. Dasar, cupid! Aku tak pernah bisa mengerti isi hatinya. Aku pun mulai menyerah, tetapi malam ini dia mengajakku ketemuan, setelah sekian hari aku ingin bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya. Dia memutuskan hari minggu akan keluar. Akan tetapi, pada akhirnya aku keluar dengan Chika. Karena dia tak mengabariku lagi, dan kebetulan masa aktif kartuku sudah habis. Aku sedikit kesal tapi setelah makan es krim, rasa kesalku hilang. Dia menghubungi Chika, di depanku. Aku tak terlalu memikirkannya. Tapi mungkin karena Chika mulai tahu aku menaruh rasa dengannya, akhirnya Chika memutuskan pembicaraan dengannya. Aku pun tetap cuek, karena aku fikir bukan aku yang dia hubungi, berarti aku tak terlalu spesial di hadapannya. Aku jalan-jalan pagi di lapangan tempat para ibu melakukan senam aerobik. Hari pun semakin panas, akhirnya aku mengantar Chika pulang dan pergi ke rumah Restu. Entah kenapa dia membuatku ingin menangis, tetapi ketika aku memikirkannya lagi, buat apa aku menangis demi seseorang yang belum jelas keinginannya. Aku pun menghibur diriku dengan membuat cerpen. Tentang ceritaku ini. Tentang detik-detik aku akan ujian, aku malah memikirkan seseorang yang tidak memikirkanku.
Godaan cupid ternyata tidak berhenti di situ saja, orang yang dulu aku kenal dan sudah lama tidak berhubungan lagi karena jarak yang jauh datang. Orang yang mengerti sifatku, orang yang selalu tahu kapan aku ingin jadi anak kecil, dan orang yang tiba-tiba pergi dariku karena menemukan gadis pujaan hatinya. Orang yang bisa ku jadikan kakak datang lagi. Entah kenapa hatiku hanya bergerak terhadap si nag mbuncrit. Aku di anugerahi sebuah perasaan yang aneh di saat aku harus fokus dengan ujian, tetapi aku menyukainya. Sayang, dalam permainan cupid ini aku yang akan memenangkannya. Aku bisa melakukan aktivitasku tanpa menghubunginya. Yupz,,dunia belum berakhir. Masa lalu yang datang pun mengerti perasaanku yang kini mulai menyukai seseorang dan seseorang yang aku sukai pun sedikit demi sedikit meresponku. Aku tak akan meninggalkannya, tetapi bayang-bayang UNAS juga semakin dekat. Aku akan tetap terus semangat untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Terima kasih cupid, karena aku mempunyai orang-orang yang masih mengerti dan sayang kepadaku, dan karena sampai detik ini pun aku masih memikirkan orang yang aku suka. Aku suka kamu, nag mbuncrit. Jangan buat aku bingung akan tingkahmu. Biarkan aku mengenalimu lebih dekat lagi. Thanks Cupid. ^^

Minggu, 24 Januari 2010

CuaP-cuaP . . .

.haL terburuk?.
.gag juga c.
.kLo ak smangadh.
.hahaha.
.ak stres nyo.
.mw bkin cerpen ndak smangadh.
.puyenk.

Rabu, 20 Januari 2010

Bronis VS Baby Face



Zia sedang asik mendengarkan lagu dari Radio di kamarnya. Ia mendengarkan lagu salah satu band yang ia sukai, band iu bernama Heroid. Band indie yang sedang naik daun di kotanya dan lagi digandrungi cewek-cewek yang konon katanya personil dari band itu cakep-cakep semua dan masih berstatus pelajar. Zia menyukai lagu itu dan mungkin akan semakin menyukai band itu jika memang isu kalau personilnya cakep dan masih muda semua.
Oh…indah saat bersama kamu . . .
Bagai aku ada di surga . . .
Oh…ku ingin dapatkan hatimu . . .
Sampai tidak mampi bernafas . . .

Lagu ini selalu mengalun dalam benaknya. Di sekolah pun lagu ini sangat popular dan selalu disiarkan saat istirahat sekolah. Zia tipe cewek yang lumayan aktif di sekolahnya. Banyak teman-teman ataupun angkatan bawahnya menyukainya. Akan tetapi salah satu sifat Zia yang aneh adalah ia tidak pernah sadar bahwa dirinya itu banyak disukai dan disegani orang-orang di sekolahnya. Dia tipikal cewek yang rame dan suka seenaknya sendiri bisa dibilang manja. Jadi pantas saja jabatan Sie.Humas ia pegang dengan mudah.
Suatu hari Zia pergi ke toko kaset. Ia ingin memiliki album Heroid band itu. Dia menjelajah dari toko ke toko, dan ternyata sama sekali tidak beredar. Sampai-sampai penjaga toko kaset yang telah lama memperhatikannya pun terheran-heran melihat tingkah Zia yang penasaran mencari album itu.
“Adek,,mau cari apa?kok kebingungan gitu?” kata penjaga itu.
“itu aku mau cari albumnya Heroid band ada ndak?” tanyanya.
“Ouwh,,banyak yang mencari album itu, tapi sampai sekarang albumnya belum beredar, mungkin stoknya sudah habis sebelum sampai ke sini” terang penjaga itu.
“yah,,padahal pengen tau” sesal Zia.
“maaf ya Dek” sambung penjaga itu.
“Adek? Aku kan udah SMA” cerutu Zia.
“ouwh,,saya maaf mbak saya kira masih SMP habis mukanya imut-imut”
“tapi aku udah SMA mas,,iya udah lah,,makasih mas”
Zia pergi dengan muka kesal karena ia tidak mendapatkan album yang ia inginkan dan ia juga dikira masih SMP. Sudah banyak orang yang mengiranya masih kecil. Ia membeli es krim di toko kaset yang baru ia datangi. Dan di sini ia bertemu dengan cowok cakep, keren, plus manis n bodynya perfect. Baru kali ini Zia terpesona dengan cowok yang berkriteria seperti itu.
“Hai,,kak… Suka es krim coklat ya?” tanya cowok itu.
“Kak? Kamu nggak nggep aku masih SMP?” tanya Zia heran.
“Iya nggak lah… Ngapain? Kan kakak itu kakak kelasku iya nggak mungkin aku ngira kakak itu masih SMP, walaupun emang imut-imutnya melebihi kapasitas orang imut pada umumnya sich… Hhehehe” jawabnya membuat Zia tertawa terkekeh.
“Bai de wei,, kamu sapa? Hhehehe,,” tanya Zia.
“Kenalin kak aku Petra. Masak kak Zia lupa ma aku?” kata Petra.
“Petra sapa ya? Hhehehehe,,Lupa” kata Zia.
“adek kelas kakak waktu SMP dulu…bai de wei lagi ngapain kak?”
“Lagi nyari albumnya Heroid band,,tapi nggak dapet” jawabnya.
“Ouwh,,kakak suka ma Lagunya???” tanya Petra
“Hu’um,,suka banget,,tapi mank bener nggak sich personilnya cakep???”
“Hhahaha,,kata siapa kak? Aku juga nggak tau sich”.
“Yee,,aku benernya nggak begitu peduli ma personilnya tapi aku peduli ma lagunya,,aku suka banget” kata Zia enggebu-gebu.
“Ouwh,,kita kok jadi akrab ya Kak? Ntar nggak ada yang marah kan?”
“Ada,,ortu aku,,Hhahaha,,ya nggak ada lah”
“nyambung soal yang tadi ya kak,, benernya aku kenal ma semua personilnya Heroid band Lho,,kapan-kapan mau nggak ikut aku nemenin mereka latihan???”
“Oh ya???boLee,,boLee,,” kata Zia semangat.
Akhir percakapannya ini mengawali kedekatan mereka sekali lagi. Hubungan yang sebenarnya Zia tak pernah sadari akan kedatangan Petra yang dari dulu selalu ada di sekitarnya. Awal yang bagus untuk suatu hubungan yang aneh.

------------------------------------------------------------

Pagi yang cerah, semangat baru mengadapi hari yang baru di semester baru. Kali ini SMA Stetsa tempat Zia sekolah akan mengadakan pentas seni yang diadakan untuk merayakan ulang tahun sekolah yang ke-50. Kebiasaan anak OSIS pasti melakukan kesibukan mereka untuk mengadakan acara itu, gar menjadi pentas yang terbaik. Terutama bagi Zia, karena untuk kali ini dia mendapat amanah dari anak-anak yang lain untuk menjadi ketua acara dan yang membuat ia kelimpungan lagi adalah seluruh anak sekolah menginginkan Heroid band menjadi guest star mereka.
“Zia,,gimana? Udah dapet informasi soal Heroid Band?” tanya Nina.
“Blum Nin,,haduwh,,cari di jalan ada nggak ya?” jawabnya.
“Hey,,jangan ngaco gitu ah… Ngomong-ngomong kamu lagi deket ma Petra adek kelas kita itu ya???” tanya Nina mengalihkan pembicaraan.
“Iya gag deket sich,, Cuma sering smsn ma telpon-telponan kalo gag keluar bareng…. Hhehehe,,” jawabnya sambil tekekeh.
“Itu mah udah masa PDKT,, Petra kan adek kelasmu waktu SMP juga kan??? Dia dulu pendiem banget tapi pernah bilang suka ma kamu, sekarang banyak yan g ngefans Lho.” Kata Nina panjang lebar.
“Oh iya? Emang dia tu adek kelasku dulu, tapi kayaknya nggak mungkin deh dia bakal PDKT ma aku lagi, kan dia banyak dikagumi ma cewek-cewek,,Hhahaha…”
“kalo dia nembak kamu, berarti kamu pacaran ma anak brondong dong?”
“Nina,,Nina,,jangan ngaco deh… kalo kejadian juga nggak tau lagi sich”
“Tuh kan suka juga kan…” kata Nina
“Blum tahu,,Hhahaha,,jalanin ajja” jawabnya.
“Cocok kok…dia brondong manis kamunya baby face, nggak bakal ketahuan kalo kamu lebih tua dibanding dia” dukung Nina.
“Udah ah,,jangan bahas yang aneh-aneh, aku mau pulang dulu ya? Stress mikirin neh acara pensi” kata Zia menyudahi pembicaraan dengan Nina sahabatnya.
Siang yang cerah, panas matahari tidak terlalu terik, suasana sejuk dan awan pun terlukis dengan indah, menyegarkan mata. Pantas saja Zia lebih memilih jalan kaki daripada bersama temannya. Dan saat melewati Starbuck, tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Ternyata Petra! Sontak Petra langsung menghampiri Zia dan mengajaknya ngopi bersama teman-temannya yang menurut Zia keren dan cakep.
“Kakak kok jalan kaki sich?” tanya Petra.
“Pengen,,Hhehehe,,minta ya?” kata Zia sambil minum coffe cream punya Petra.
“Haus ya kak? Dipesenin lagi mau?” tanyanya.
“Nggak,,nggak usah” kata Zia malu-malu.
“Waduwh,,baru ketemu cewek kenalannya yang imut-imtu kita-kita pada dicuekin semua,,kok tumben,,Hhahaha,,kenalin donk” kata salah seorang teman Petra.
“Oh iya kak,, kenalin ini personilnya Heroid band,, Raka bagian Rythem, Ovan bagian Melodi, Ben bagian Bass, Dimas bagian Drum, dan ada lagi Pepey kak vokalis band ini tapi nggak ikut nimbrung” kata Petra panjang lebar.
“Kenalin aku Zia, kakak kelasnya Petra.” Kata Zia.
“Aku kira tadi adeknya Petra,Hhehehe,,imut-imut sich” kata Ben.
“Petra,, Pepey tuh ang mana sich? Aku mau rundingan ma dia soal pensi, anak-anak di sekolah mau Heroid band ini yang jadi guest starnya.” Kata Zia, semula ucapan Zia membuat mereka terdiam sejenak tapi Petra mengalihkan pembicaraannya.
“Gini ajja kak,, aku yakin Pepey pasti mau ngisi acara sekolah kita, kakak mending ngomong langsung ma personil yang ada di sini ajja, ntar Pepey aku yang hubungi deh… Gimana kalo rundingan ma Raka ajja. Loe mau gag Rak?” kata Petra.
“oCe de BoZz…” kata Raka.
“Iya udah,, makasi ya semuanya” kata Zia.
“Kapan-kapan ikut kita latihan juga nggak papa kok, denger-denger dari Petra, kamu suka ma lagu kita,,Hhehehe” kata Ovan.
“Mank boLeh? Waa,,asik tuh… Petra jahat ah,,masak diceritain ke mereka” kata Zia, malu-malu kucing.
“Oke deh,,bro aku mau balik, tapi foto bareng dulu ma fans kita boleh nggak?” tanya Dimas sambil ngeluarin kamera digital. Dan iya beberapa foto Zia bersama Heroid band mengakhiri perkumpulan mereka yang pertama. Yang seharusnya Zia tahu bahwa Petra adalah seseorang yang sedang ia cari tetapi ia menganggap Petra adalah Petra. Dan semenjak itu, Zia sering komunikasi dengan Raka. Dari komunikasi yang sering Raka lakukan, yang semula hanya untuk sebuah kerjasama, ternyata di hati Raka mulai tumbuh rasa suka teradap Zia yang seperti biasanya, tidak pernah disadari oleh Zia. Saat Raka mengajaknya bertemu, Raka mengutarakan perasaannya. Tetapi Zia hanya tersenyum dan menolaknya dengan baik-baik, karena ia berpendapat bahwa mereka baru saja berkenalan, dan menurutnya hanya untuk kerjasama, hanya sebatas itu.
“Maksud Loe apaan Rak, nembak dia?” kata Petra emosi.
“Hey,,tenang, jangan pake emosi, jelasin yang jelas, Loe juga sich Rak, ngapain bisa suka ma Zia, dan Loe juga Pey,,napa Loe malah nyuruh komunikasi soal pensi ke Raka, napa nggak ma Loe ajja?” tanya Dimas.
“Gue nggak mau Zia tahu kalo gue itu Pepey, sekarang dengan gue ngaku Petra pun dia belum sadar kalo gue masih suka ma dia. Apalagi kalo gue ngaku kalo gue ini Pepey, dia bakal jaoh, dia bukan tipe cewek yang suka ma popularitas, dia malah mau deket dengan cowok yang biasa-biasa ajja” kata Petra sambil menahan amarah.
“Sori,,gue nggak ngerti maksudmu nyembunyiin identitas Pepey di depan Zia. Gue udah di tolak dan gue rasa dia punya rasa ma Loe Cuma dia belum berani ngungkapin.” Kata Raka dengan muka menyesal sekali.
“Udah,,semua udah terjadi, jangan Cuma perkara ini band kita pecah” kata Ben.
“Bener tuh,,baeknya Loe Pey, cepet ngaku sapa Pepey itu sebenarnya, dan Loe Rak, jangan deketin Zia lagi sampek Petra mau ungkapi jati dirinya.” Kata Ovan.
“Okeh,,gue ngerti kok” kata Raka.
“Habis ini Pensi, udah nggak ada waktu buat ngasi tahu sapa Pepey sebenarnya, biar dia tahu sendiri” kata Petra.
Pensi pun berjalan sesuai keingingan anak-anak sekolah. Di satu sisi ternyata Zia masih di rumah, ia datang telat ke acara pensi karena daritadi dia sudah menyiapkan semuanya, sekarang ia sudah mempersiapkan dirinya sendiri. Setelah itu, Petra datang menjemputnya dengan mobil, membuat Zia bingung tapi ikut masuk juga untuk berangkat ke acara pensi sekolahnya.
Malam ini Petra sangat cakep, manis, keren dan cool. Entah ada sesuatu di hati Zia yang membuatnya terpesona akan sosok adik kelasnya itu. Saat mereka keluar dari dalam mobil, Petra menggandeng Zia sampai di backstage Heroid band, sangat serasi. Zia melihat personilnya cuma ada empat, lagi-lagi ia tidak melihat sosok Pepey sang vokalis.
“Mana Pepey? Biz ni kalian maen kan?” tanya Zia bingung.
“Nggak tahu aku, tanya Petra ajja, dia yang paling tahu soal Pepey” kata Raka.
“Dan sekarang saatnya yang kita tunggu-tunggu, penampilan band yang sedang naik daun di kota kita dan baru pertama kali mengisi acara pensi di sekolah, yaitu sekolah kita, Stetsa! Sambut kedatangan mereka dengan tepuk tangan yang meriah” kata pembawa acara yang membuat Zia semakin kelimpungan karena Pepey tidak ada.
“Gimana ni? Pepey nggak datang” kata Zia sedih dan matanya mulai berkaca-kaca karena sorak penonton terdengar semakin riuh.
“Udah,,tenang ajja,,aku kasi tahu yang sebenarnya” kata Petra.
Dan semua kegelisahan Zia usai sudah, ternyata Pepey yang tak pernah ia temui itu adalah Petra. Seseorang yang mulai masuk dalam hatinya. Orang yang ia cari dan ia puja akan suara lagunya ternyata ada di dekatnya.
“Hai semuanya? Gimana saya tidak mau menjadi guest star pensi sekolah saya sendiri? Saya perkenalkan satu per satu personil dari Heroid Band,, ada Raka, Ovan, Ben, Dimas dan saya Pepey, akan membawakan sebuah lagu buat kalian semua dan terutama untuk seseorang yang saya sukai dari dulu,, Lagu ini buatmu kak… Lagu ni untuk Zia, judulnya Story of Love” ucap Petra dan mengawali lagu pertama yang akan mereka bawa di acara pensi itu.
Sekejap ku bisa …
Mencintai dirimu, selamanya …
Tapi mengapa kau tak juga mengerti …
Perasaan hatiku …

Lagu yang ia bawakan membuat Zia semakin kalut, ia bingung sendiri akan perasaannya, yang ternyata Zia pun suka pada Pepey yang sebenarnya adalah Petra, lagu yang baru saja ia dengar, merdu dan indah, terlalu mengena di hatinya. Selanjutnya ia mendengar lagu-lagu yang biasa ia dengar di radio. Saat semuanya telah usai, Petra menghampiri Zia dan membawanya ke sebuah taman dekat acara tempat pensi sekolah mereka.
“Jadi selama ini, Pepey itu kamu? Napa nggak pernah cerita?” tanya Zia.
“Maaf kak,,aku takut kakak makin jauh dari aku kalo kaka tahu sapa aku sebenarnya, maaf kak, dengan akun jadi Petra ajja kakak nggak tahu kalo aku dari dulu suka ma kakak, aku tahu kakak pasti malu kalo ntar pacaran ma aku, aku ngerti kok” kata Petra sambil memgang kedua tangan Zia yang kemuian oleh Zia genggaman itu dilepasnya.
“kata sapa aku malu?” kata Zia kemudian raut mukanya memerah.
“jadi kakak bolehi aku jadi cowok kakak?” tanya Petra penasaran.
“Mmphh,,gimana ya?” kata Zia membuat Petra semakin penasaran.
“Tapi jangan panggil aku kakak lagi, berasa aku jadi tua deh” jawabnya mengakhiri rasa penasaran Petra yang membuatnya tahu akan jawaban dari cintanya.
“Oke deh kak,,eh Zi…Hehehe enaknya aku panggil apa ya? Yank? Ato honey? Ato beibh? Hahaha” sambung Petra yang usil itu membuat Zia semakin malu karena dikerjain oleh pacarnya sendiri.
“Mmmphh,,Yank,,liburan semester ini aku mau tour keliling Indonesia, ikut a?” tanya Petra.
“Hah? Gila ae, mending aku belajar ajja, kan aku mau UNAS yank” kata Zia.
“Yah,,trus gimana? Mau nggak nunggu aku 2 minggu? Kalo nggak mau tak batalin deh tournya, pokoknya aku ma ayank” kayta Petra manja.
“Heh,,ndak boleh,,tu kariermu, kasian temen-temen juga, tujuan kalian bikin band kan ini, aku bakal nunggu kok, tapi nggak boleh selingkuh, nggak bolh PDKT ma cew laen, nggak boleh cuci mata trus musti musti komunikasi ma aku, gimana?” tawar Zia.
“oCe de Yank,,aku sayang ma Ayank” katanya manja.
“Yee,,dasar…manja” kata Zia.
Seperti pejnjian pada sebelumnya, Zia belajar untuk mencapai kelulusannya dan universitas yang ia inginkan dan setelah tour keliling Indonesia itu pun Petra semakin sibuk akan pekerjaannya di dunia belantika musik Indonesia. Akan tetapi sekolahnya pun tetap berjalan sampai ia masuk dunia perkuliahan dan bertemu dengan kekasihnya. Semoga mereka akan bersatu selamanya.
“Eh yank tahu nggak waktu kamu kenalin ke mama ayank aku dikira masih SMP oen, sekarang nggep apa ya?” tanya Zia sambil makan es krim di tempat pertama ia akrab dengan Petra.
“Mama ayank juga bilang kamu pacaran ma anak brondong. Hahaha,,mungkin sekarang udah beda, yang penting aku tetep ma ayankku yang imut-imut ma manisnya nggak ketulungan,,Hhahaha” kata Petra sambil tertawa lepas bersama pujaan hatinya.

THE END

-------------------------------------------------------------------

Selasa, 12 Januari 2010

My Sweet Seventeen or My Fuck Seventeen???

kauwandh . . .
ak binun . . .
11januari . . .
tu uLtah ak . . .
bnyk yg kasi sLamat k ak . . .
ak seneng . . .
ak hepi . . .
i like it . . .
tp seLaLu ajja . . .
seLaLu cm ad satu yg mpek skrg bkin ak kayak gini. . .
ak musti ngep'a ap ? ? ?
ak musti ngap ? ? ?
gag teu dah . . .
ak musti seneng ato sedih ? ? ?
kauwandh . . .
what must i do 4 this situation ? ? ?
Aaaarrrrggghhh . . .
^-^ ato T_T
sama ajja . . .